Gunungan Wayang sebagai rumah besar bangsa-bangsa yang membentuk sejarah, peradaban, budaya, tradisi, filsafat, ideologi, sosial, dan manusia dari sejak kelahirannya hingga kembali kepada sang pencipta;
Manunggalistiwa sebagai hakim zaman yang bergerak mengikut siklus keseimbangan alam semesta yang ditunjukkan melalui delapan model tata bawana alam semesta (kosmik) yang selalu berputar secara terus menerus membentuk jembatan peradaban/antarzaman;
Bunga Teratai sebagai ruang kemakmuran dunia “Haryapatih” yang ditunjukkan melalui delapan bunga teratai yang mengapit setiap masa kepemimpinan dunia;
Manunggalisme sebagai pemikiran utama yang akan mengantarkan manusia pada perjalanan hidup bersatunya manusia dengan alam semesta dan sang pencipta;
Mazhab Indonesia sebagai dasar paradigma, filsafat, dan teori dalam melihat dunia (worldview) berdasarkan nilai-nilai Kemanunggalan Dunia “Manunggalisme” baik di ruang ontologi, epistemologi, aksiologi, dan eskatologi tata bawana alam semesta (kosmik).
Pita Emas sebagai sifat dasar “Manusia Manunggalian”, yaitu manusia yang selalu memancarkan jiwa-jiwa kesatria dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui aktif berfilsafat di kekuatan lisan (diskusi), tulisan (publikasi) dan gerakan (advokasi).
Perisai Lingkaran Hitam sebagai Mandala Dunia untuk pelindung, penyemangat, dan pemersatu tokoh-tokoh filsuf indonesia dalam menjalankan peran sebagai penggerak zaman Manunggalian, yaitu manunggalisasi sebagai proses Pemurnian Dunia sepanjang masa
Perisai Lingkaran Emas sebagai Simpul Perdamaian Manunggal yaitu hasil akhir dari pemurnian dunia dengan diselenggarakannya Hubungan Antarbangsa/Hubungan Dunia melalui Pranata Dunia untuk menjalankan nilai-nilai Kemanunggalan Dunia yaitu gotong royong, kesatuan, dan kerukunan bangsa-bangsa di seluruh dunia.