Informasi
Rabu, 30 Apr 2025
  • Mazhab Indonesia (Manunggalisme): Paradigma, Filsafat, dan Teori Melihat Hubungan Dunia Berdasarkan Nilai-Nilai Kemanunggalan Dunia.
  • Mazhab Indonesia (Manunggalisme): Paradigma, Filsafat, dan Teori Melihat Hubungan Dunia Berdasarkan Nilai-Nilai Kemanunggalan Dunia.

Deklarasi Demak

DEKLARASI DEMAK (KONGRES MAZHAB INDONESIA KE-1 PADA 28 AGUSTUS 2024)

DEKLARASI DEMAK

Demak, Jawa Tengah, 28 Agustus 2024

Kongres Mazhab Indonesia Ke-1 Pada  28 Agustus – 28 September 2024 “Era Manunggalian: Menggerakkan Nilai-Nilai Keindonesiaan (Pemurnian) Untuk Mewujudkan Tata Dunia Baru Abad Ke-21”. Mazhab Indonesia menetapkan delapan landasan kajian Hubungan Dunia yaitu: Sejarah, Peradaban, Kebudayaan, Tradisi, Filsafat, Ideologi, Sosial, dan Manusia sebagai Pranata Dunia dalam membentuk interaksi Tatanan Dunia yang berisi delapan nilai-nilai dasar:

  1. Indonesia Kuno/Nusantara Kuno, Mesir Kuno, Mesopotamia, dan Persia merupakan akar sejarah Dunia Timur yang menyebar ke Tiongkok, Rusia, Indonesia (kini), India, Iran, Mongolia, Mesir (kini), Arab, Turki serta penyatuan semua bangsa di benua Asia, Afrika, dan Eurasia mengikuti siklus perputarannya.
  2. Dalam Sistem Hubungan Dunia terjadi perputaran kepemimpinan dunia menurut Hakim Zaman yaitu “Manunggalistiwa” sebagai “suatu keadaan dimana siklus tatanan dunia berjalan beriringan antara yang memimpin dan yang dipimpin (dunia Timur vs dunia Barat) mengikuti suatu garis lurus yang tidak terputus, yang membagi dan menghubungkan dunia secaea berkesinambungan membentuk “Sistem Perdamaian Manunggal” yang kekal (Teori Perdamaian Manunggal);
  3. “Sistem Hubungan Dunia adalah Gotong Royong” yang menjadi acuan interaksi dunia sesuai dengan nilai-nilai dasar Adimanusiawi di seluruh dunia, yaitu “Manusia adalah makhluk yang Manut (Taat)” dengan perkembangan sistemnya yaitu Barbarianisme, Komunalisme, dan Gotong Royong;
  4. Pemimpin Dunia adalah bangsa-bangsa dunia yang diberi amanah untuk mengendalikan zaman sebagai Pimpinan/Ketua Dunia sesuai dengan wilayah kepemimpinan dengan mengedepankan nilai-nilai Permusyawaratan dalam rangka menjaga keseimbangan dunia;
  5. Perang Dunia sebaiknya dihindari, tetapi diperbolehkan demi keamanan dan perdamaian dunia dengan tetap menjaga ketertiban dunia, terutama demi keselamatan anak-anak, wanita, orang tua, dan manusia yang tidak ikut berperang, serta lingkungan alam sesuai dengan nilai-nilai inti Geometrisme;
  6. Hakikat Geometrikalisme Bangsa-Bangsa yaitu mengusahakan, memelihara dan meningkatkan “Haryamatra” (Keagungan) yaitu “kemakmuran yang sebesar-besarnya di seluruh wilayah dunia” sesuai dengan nilai-nilai Kemanunggalan Dunia: gotong royong, kesatuan, dan kerukunan;
  7. Keamanan Dunia merupakan suatu bentuk keamanan atas pemanfaatan delapan matra dunia (darat, laut, udara, bawah tanah, khatulistiwa, ruang hampa, galaksi, dan siber/mayantara) sesuai dengan nilai-nilai Adibumi, Pranata Dunia, dan “Geometrisme” berdasarkan Geometripolitika.
  8. “Adibumi Manunggal” adalah Sistem Pemerintahan Dunia bagi bangsa-bangsa di era Manunggalian di seluruh dunia, dan tugas para Adibumiawan (laki-laki dewasa yang bijaksana) dan Adibumiawati (perempuan dewasa yang bijaksana) adalah menyebarluaskan nilai-nilai Kemanungggalan Dunia sesuai dengan Pranata Dunia dan Manupolitika.

Pendiri:

Adi Rio Arianto, S.IP., MA dan Gesti Anggraini, S.Sos